Brand J&C Cookies Lahir dari Proses Autodidak
SYARAT keberhasilan mengelola usaha kue harus memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang kuliner atau memiliki bakat, hobi membuat kue sejak kecil, bisa dipatahkan pemilik yang juga pendiri JC Cookies, Diah Susilawati dan Dedi Hidayat Mitos itu tidak berlaku bagi mereka, sebab hanya dengan belajar autodidak di sela-sela waktu menunggu suami pulang bekerja, keahlian membuat kue diperoleh Diah. Keduanya pun tidak memiliki latar belakang pendidikan kuliner formal. Diah sarjana lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Administrasi Negara, Universitas Parahyangan Bandung, sedangkan Dedi sarjana Fakultas Ilmu Pasti dan Pengetahuan Alam Jurusan Matematika Universitas Padjadjaran. Dengan modal ketekunan, keuletan, dan tetap menjaga kualitas produk, dalam kurun waktu 15 tahun, keduanya ber- hasilmenghantarkan JC Cookies menjadi salah satu best brand home made cookies di Indonesia. Bahkan, produknya dipasarkan hingga ke Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam, walaupun sejauh ini belum mengusung brand sendiri. “Selama ini produk kami diekspor ke Singapura tanpa menggunakan brand JC Cookies, polos. Di sana di-branding dengan brand setempat,” ujar Direktur Utama JC Cookies, Jodi Janitra, ditemui di salah satu out/ef-nya di Bo-ber Cafe, Jln. R.E. Martadinata, Bandung, Sabtu (12/3). Di Singapura, produknya bisa didapatkan dengan mudah di sejumlah mal-mal ternama, termasuk di Takhasimaya, salah satu mal terbesar di Negeri Singa. Total, pasar mancanegara menyerap sedikitnya 30.000 toples per tahun. Namun, menurut putra pertama sang pemilik, Diah dan Dedi Hidayat, tersebut, seiring semakin diperhitungkannya brand JC Cookies, mulai tahun ini produknya akan dipasarkan di Malaysia dan Singapura dengan brand sendiri.